
kodekarir.com , Jakarta - Apa itu Grok Apa yang menjadi sorotan utama di Twitter belakangan ini? Mungkin pertanyaan itu sering terlihat di beranda Anda. Grok AI adalah suatu bentuk teknologi kecerdasan buatan yang diciptakan oleh xAI, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Elon Musk. Elon Musk .
Grok mendapat banyak perhatian di platform-media sosial, khususnya Twitter (yang sekarang menjadi X), dikarenakan cara komunikasi yang istimewanya serta kapabilitas untuk merespons dengan cepat beragam tren pembahasan di platfom itu.
Apakah Anda Tahu Tentang Grok yang Sedang Populer di Twitter?
Grok merupakan sebuah chatbot kecerdasan buatan yang diciptakan oleh perusahaan teknologi xAI milik Elon Musk di tahun 2023. Aplikasi AI ini dibuat sebagai rival bagi chatbot lainnya seperti ChatGPT dari OpenAI, Claude dari Anthropic, serta Gemini besutan Google DeepMind.
Meskipun demikian, Grok menampilkan gaya yang berbeda dengan memberikan tanggapan yang lebih tenang, jujur, dan percaya diri. Pendekatan ini dipandang oleh sejumlah pihak sebagai hal yang cocok dengan sifat Elon Musk yang dikenal kerap mengundang kontroversi melalui platform-media sosialnya.
Grok AI hadir untuk membantu pengguna memahami konteks dari sebuah unggahan atau isu yang tengah viral. Anda hanya perlu menyebut akun @grok di platform X atau langsung menggunakan fitur Grok AI untuk mendapatkan penjelasan, rangkuman, hingga analisis dari suatu konten atau unggahan.
Struktur sistem ini dibuat untuk dapat bereaksi dengan kecepatan dan akurasi tinggi, memungkinkan para penggunanya mengenali inti pembicaraan secara instan tanpa perlu membaca terlalu lama. Itulah alasan utama kenapa Grok berhasil menarik minat banyak orang di internet hingga menjadi tren populer di platform Twitter.
Mengapa Tren Penggunaan Grok AI Semakin Menjadi Sorotan?
Keceriaan Grok AI menggambarkan perubahan signifikan dalam bagaimana masyarakat masa kini mengevaluasi dan merumuskan informasi pada zaman digital. Menghadapi banjir konten di platform-media sosial, sejumlah besar konsumen memerlukan sarana yang bisa memberi rangkuman dan klarifikasi dengan efisien serta tepat sasaran. Grok diciptakan untuk melengkapi permintaan ini.
Tren pengguna internet dalam menggunakan kecerdasan buatan (AI) generatif seperti Grok mengindikasikan bahwa teknologi tersebut mulai diserap menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari mereka. Selain dinilai maju, AI saat ini dianggap sebagai jawaban efisien untuk menyederhanakan pemahaman tentang berbagai topik kompleks atau sedang trend.
Peristiwa ini menandakan pula meningkatnya ketergantungan masyarakat pada teknologi untuk membangun perspektif serta pendapat mereka tentang berbagai masalah.
Kekhawatiran Terhadap Penggunaan Grok AI di Twitter (X)
Akhir-akhir ini, sejumlah besar pemakai platform X menggunkan Grok AI untuk mengecek validitas suatu informasi. Walaupun pendekatan seperti itu tampaknya memberikan manfaat, ahli tetap meragukan ketepatan serta keterpercayaan pada chatbot yang dibuat oleh xAI, perusahaan milik Elon Musk tersebut.
Menurut Angie Holan dari International Fact-Checking Network (IFCN), pemanfaatan teknologi AI semacam Grok sebagai sarana untuk melakukan verifikasi malah bisa meningkatkan ancaman persebaran berita bohong.
Holan menyebutkan bahwa AI benar-benar dapat menghasilkan respons yang kelihatan persuasif dan jelas, tetapi itu tak selalu menjamin akurasinya. Sebagaimana diambil dari TechCrunch Masalah utamanya adalah bahwa respons AI dapat tampak alami dan masuk akal, meskipun sebenarnya mungkin saja itu merupakan jawaban yang salah.
Peringatan serupa juga disampaikan oleh Ersin Çahmutolu, seorang ahli keamanan cyber asal Turki. Dia menggarisbawahi perilaku banyak orang yang dengan cepat percaya pada respons Grok tanpa menyadarinya mungkin berisi informasi yang salah.
Menurut Ersin, situasi semacam itu cukup memprihatinkan karena Grok tidak bisa dianggap sebagai sumber dengan kebenaran absolut. Sama halnya seperti yang dikemukakan dari A News Sudah ada banyak informasi yang menunjukkan bahwa kesalahan Grok AI telah dideteksikan. Ini mengindikasikan bahwa teknologi tersebut tidak dirancang khusus untuk melakukan verifikasi fakta.
Ketakutan semakin meningkat saat terungkap bahwa Grok pernah menyebar informasi salah jelang pemilihan presiden AS. Kejadian itu pun mengundang respons tegas dari lima petinggi daerah yang kemudian menuntut agar Elon Musk segera membenahi mekanisme platform tersebut.
Walaupun Grok menyadari kemungkinan adanya penyalahgunaan dari fitur-fiturnya, disayangkan bahwa tidak ada peringatan atau klarifikasi yang tampil ketika pengguna mendapatkan respons. Kondisi seperti ini pastinya dapat membingungkan, khususnya bila pengguna segera percaya pada informasi tersebut tanpa melakukan pemeriksaan tambahan.